Bird Abstraction - Darminto M Sudarmo |
Puisi ini hanya kesaksian
tentang peristiwa yang tak pernah ada.
Menangkap bayangan di genangan air
Seorang ibu muda melihat jagat raya
Terbentang melintas, tanpa batas
Tergeletak letih di sebuah bilik
Dilingkari dinding tebal dan dingin
Dipagari jeruji besi dan cambuk penjaga
Ia meracau antara lelap dan terjaga
Pagi hari, dingin berkabut
Gerimis jatuh meronta-ronta
Seorang ibu muda meracau gelisah
menyelinap di tumpukan sejarah
Wajahnya kuyu, rambutnya beku
Ia menahan duka lalu katanya,
Anakku, kutinggalkan kau
di lipatan peradaban
Di antara pilihan yang tak terduga
Di antara yang bingung dan entah apa
Menangislah, jika itu membuatmu lega
Mungkin ada gelandangan lewat,
menemukanmu
Mengasuh dan membesarkanmu
Mungkin saja
Mungkin juga tak terjadi apa-apa
Kau tak tahu, apa itu
Tapi apa pedulimu?
Ada tidak ada, biarkan saja
Ibu muda itu mundur beberapa langkah
Mencakar-cakar rambutnya yang merangah
Memandang langit dengan sengit
Memukul bumi dengan perih hati
Sesosok tubuh membayang di antara kabut
Seorang laki-laki seorang setan
Seseorang yang muncul dari kemustahilan
Seseorang yang menjadi binatang hina
Seorang anjing liar memandang nanar
Mengkais-kais sampah
Mendengus-dengus rakus
Menyeret-nyeret rahasia, sebungkus pertanyaan
Hujan turun sederas air luka.
Anakku, koran dan tabloid menjadi sibuk
Menggelar kebohongan berita cemar
Orang tak berdaya hanya ternganga
Aku tak mengenal lagi jejak teka-teki
Siapa binasa siapa menyiksa
Apa benar ini kebenaran?
Menangkap bayangan di genangan air
Ibu muda itu melihat gelap
Tak ada apa-apa, tidak juga siapa-siapa
Mimpinya tergeletak letih di sebuah bilik
Sepi hitam runcing muram
Jerejak besi, dingin, dan perangkap harap.
Anakku, mengapa aku di sini
Bukankah mustahil kulahirkan kau
jika aku bukan ibu bagi anakku
Perlukah kita berpisah
jika ada pertalian darah
Anakku, temukan jawaban teka teki ini
pada sesosok manusia
yang bernama: laki-laki!
Jakarta, 1997
0 comments:
Post a Comment