Wednesday, September 5, 2012

Profil Darminto M Sudarmo


DARMINTO M SUDARMO, yang dalam kesempatan ini menampilkan karya-karya puisinya, sebenarnya lebih dikenal sebagai penulis dan pengamat humor – meliputi seni lawak, kartun dan lelucon tulis. Ia, dilahirkan di Kendal, Jawa Tengah, 23 Maret 1956. Sejak SMP kelas dua sudah aktif menggambar kartun, namun setelah kelas satu SMA, 1973, baru kartunnya dimuat di Majalah Panjebar Semangat, Surabaya. Sesudah itu ia makin aktif mengirim kartun ke berbagai media daerah maupun ibukota. Setidaknya ada tiga inisial yang sering dia pakai untuk menandai karya kartunnya; yaitu: Odios, Mas Dar dan Dar MS. Dalam karya tulisnya terkadang Darminto menggunakan nama samaran: Odios Arminto (Odios), Atin Supriyatin dan beberapa lainnya.
Selain aktif menggambar kartun, Darminto juga aktif menulis. Dari artikel, cerita pendek, puisi hingga laporan jurnalistik. Bahkan tulisan pertamanya yang bernuansa “dewasa” dimuat justru di Koran Mingguan berbahasa Jawa, Djoko Lodang. Jenis tulisannya artikel atau opini, berjudul antara lain: Maca (Membaca), Sikep yen Nampa Panacad utawa Kritik (Sikap Saat Menerima Teguran atau Kritik) dan lain-lain, padahal saat itu dia masih kelas satu SMA dan menulisnya pun dengan tulisan tangan. Untunglah redaksi Djoko Lodang memberi kesempatan kepada para penyumbang naskah dengan tulisan tangan asalkan ditulis dengan huruf kapital semua.
Sebuah keberuntungan baginya, dalam tiga tahun ia bersekolah di SMA di Semarang, ia mendapat kepercayaan Pemimpin Redaksi Mingguan Bina, sebuah koran milik Perhutani, terbit di Semarang, agar membantu mengisi mingguan tersebut dengan tulisan dan gambar. Meskipun honorarium yang diperolehnya tidak terlalu besar, namun sangat membantu kebutuhan pembiayaan sekolahnya, yang sudah tidak dibiayai orang tua dan hanya dibantu kakak lelakinya. Pada periode itu pula (1973-1976) gambar maupun tulisannya bermunculan di media Bandung dan  ibukota seperti: Aktuil, Variasi, Yunior,  Berita Yudha, Yudha Minggu, Simphoni, dan lain-lain.
Pada 1977, ia tidak melanjutkan kuliah tetapi bekerja di Joeni Batik Jakarta yang workshop-nya di Gadog, Bogor, sebagai desainer motif. Joeni Batik memang mengambil spesifikasi batik dengan desain modern dan tidak massal. Dikonsumsikan untuk butik. Sesuatu yang menyenangkan karena pada saat itu, ia banyak bersosialisasi dengan para model; seperti: Nani Sakri, Titi Qadarsih, dan wanita-wanita cantik lainnya, yang kesemuanya sangat kesengsem sama batik hasil karya dia dan kawan-kawannya, satu kru. Ya, lagipula, yang disebut kru di sanggar batik tersebut adalah laki-laki semua, he-he. Terang aja ada basa-badi seperti itu.
Setelah merasa tabungannya agak cukup, tahun 1979, ia kuliah di IKIP Negeri Semarang sambil membawa kerjaannya (kain katun: voilisima, mori, primisima dan lain-lain) ke tempat kost-nya di Semarang. Kain yang telah didesain dengan pensil, kemudian dikirim ke Jakarta, sebulan dua kali via jasa pos atau datang langsung. Kuliah sambil kerja atau kerja sambil kuliah ternyata cukup melelahkan walaupun sebenarnya mengasyikkan. Melelahkan kalau harus menghadapi tugas-tugas kuliah dan pekerjaan, tapi mengasyikkannya tak kurang juga: bisa pacaran dengan lancar dan mulus karena tak perlu nunggu kiriman orang tua waktu menraktir nonton atau makan di restoran. Hanya saja ada sedikit gangguan; pada saat itu ia banyak membaca buku-buku tentang pengarang Indonesia dan luar negeri. Ada satu kalimat yang membuat pikirannya jadi risau: “Tak ada sekolah bagi Anda yang ingin menjadi pengarang”, Kalimat tersebut bila dicerna secara nalar dan perasaan jernih memang benar belaka. Pengarang tidak diluluskan dari sekolah atau universitas, tetapi dari kerja kerasnya si individu. Padahal, jujur hati, dari lubuk yang paling dalam, ia bercita-cita ingin menjadi pengarang; atau paling celaka, menjadi penulis. Predikat  itu membuatnya bahagia dan bangga. Semakin lama, semakin dalam kalimat yang sakti itu merasuk dalam benaknya. Akibatnya, pandangannya terhadap sekolah formal, terhadap lembaga perguruan tinggi, menjadi beda. Setidaknya ia berpendapat, bahwa lembaga itu tidak merupakan satu-satunya pemilik pintu gerbang yang berhak melegitimasi kompetensi, kualifikasi dan eksistensi “keilmiahan” seorang manusia. Dalam dunia yang maha luas ini tergelar banyak tawaran dan kearifan-kearifan. Dia merenungkannya sangat serius terhadap masalah tersebut.
Sampai timbul pemikirannya, bahwa pengertian tentang “kuliah” yang menarik baginya salah satunya adalah saat ia pergi ke toko buku, tertarik beberapa judul, lalu membeli; sampai di rumah dilahap buku demi buku di antara kesibukan kerjanya, dan bila mood datang serta punya kesempatan untuk mengekspresikan diri, ia  pun menulis resensi dan mengirimnya ke berbagai media. Tulisan dimuat, honor pun kemudian sampai di tangan. Tak lama kemudian, ia pun sudah sampai di  toko buku lagi; dengan duit honor itu dia membeli  buku yang baru lagi, dibaca lagi, ditulis lagi dan dikirim lagi. Sebuah siklus yang menurutnya sangat menantang dan menghidupkan akal budi. Dan itu tak akan pernah berhenti selagi ia masih merasa bodoh dan serba kurang. Hari-hari senggangnya  dia manfaatkan untuk diisi dengan mengunjungi seminar kampus, diskusi dengan teman-teman penulis, kartunis maupun budayawan setempat. Serius banget, ya? Nggak juga; sehari-hari ia lebih tampak cengengesan dan gemar ngajak ngobrol mahasiswi-mahasiswi cantik daripada tampak sebagai si kutu buku. Cengengesannya makin menggila, bila ia terseret dalam arus diskusi yang ada “berantem”-nya sedikit; debat terasa sangat menyegarkan.
Tentang kegiatan menggambar dan menulisnya bagaimana? Tentu saja, semakin lekat dan tak mungkin dipisahkan dari kesibukan sehari-hari. Sampai akhirnya, deretan “statistik” seperti yang tertulis di bawah ini, yang dapat dia kenang sebagai bagian dari proses perjalanan menuju: entah apa yang akan terjadi di depan nanti.

Pengalaman Kreatif:
·         Menulis artikel/kolom masalah sosial-budaya, di antaranya tentang lawak dan  humor di Kompas, Kontan,  Surabaya Post, Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat, Pikiran Rakyat, Sinar Harapan, Suara Pembaruan, Vista TV, Panji Masjarakat, Gatra, Horison, Multi*2000, Tokoh, HumOr dan lain-lain (sejak tahun 1982 hingga kini).
·         Menulis karya kreatif, seperti: Cerita Pendek, Cerita Bersambung, Puisi di berbagai media daerah dan Jakarta. Termasuk juga skenario sinetron komedi di televisi.
·         Sejak 1973 hingga 1987, menggambar kartun dengan inisial Odios dan telah dimuat di berbagai media seperti: Intisari, Kompas, Suara Pembaruan, Matra, Mutiara, dan banyak lagi lainnya,
·         Pada 1989-1991 pameran lukisan bersama dengan pelukis Semarang, Jakarta dan Yogyakarta. Selain itu aktif juga menjadi pembicara tentang kartun/humor/lawak di berbagai  komunitas; seperti kelompok remaja, mahasiswa, umum, di Semarang, Bandung, Jakarta, Yogyakarta dan lain-lain.
·         Menjadi juri lomba baca puisi, lomba baca joke, lomba tutur humor  (joke telling), lomba kartun/karikatur dan lomba lawak.
·         Menulis banyak buku seputar Joke/lelucon dan Humor Filsafat, yang telah terbit yaitu: Komik Jiddu Krishnamurti Revolusi; Komik Indonesia Dijarah; Lelucon Cina; Lelucon Sehari-hari; Lelucon Antar Bangsa 1 & 2; Lelucon Intim; Guyon Demokrasi; Guyon SexGar; Guyon Politik dan lain-lain.

Pengalaman Organisasi (Budaya):
·         Pada 1981/1982, bersama seorang rekan, Itos, mendirikan  KOKKANG (Kelompok Kartunis Kaliwungu) berlokasi di Kaliwungu, Kendal, Jateng. Kini anggotanya sudah mencapai puluhan, bahkan ratusan, sebagian besar pelajar dan mahasiswa.
·         Pada 1985, memprakarsai Temu Kartunis  Nasional di Semarang.
·         Pada 1987/1988, sebagai Ketua Penyelenggara Lomba Kartun Internasional (Candalaga Mancanegara International Cartoon Festival 1988) Semarang, pertama di  Asia Tenggara; diikuti peserta dari 28 negara.
·         Pada 1989-1994 menjadi Sekjen Pakarti (Indonesia Cartoonist Association) berkedudukan di Jakarta. Tahun 1995 - 1999 bersama GM Sudarta, menjadi konsultan Pakarti.
·         Aktif membantu LHI (Lembaga Humor Indonesia), 1990-1994.
·         Tahun 2001 mendirikan Kostum, Komunitas Studi Humor – sementara untuk kalangan intern.

Pengalaman Pekerjaan:
·         1988 – 1989    Redaktur Harian Jayakarta
·         1989 – 1990    Wartawan Majalah Anda BOS dan Redaktur Tabloid Idola
                                   Humor Kreatif.
·         1990 –1996     Redaktur Pelaksana Majalah HumOr
·         1996 – 1998    Wakil/Pemimpin Redaksi Majalah HumOr
·         1997 – 1998    Produser Eksekutif HumOr Enterprises bekerja sama
                                  dengan RCTI untuk telefeature dokumenter Pesantren di
                                  Indonesia (Pabelan, Gontor & Al Amien-Madura)
·         1998 – 1999    Konseptor Acara & Tim Kreatif Jaya Suprana Show, TPI
·         2000 – 2001    Konsultan Media, PT Wiswakharman
·         1998 – 2002    Redaktur Tamu Rubrik Lelucon & Kartun Tabloid Tokoh
·         1998 – 2004    Penulis Sinetron Komedi Asep Show, TPI
·         2002                Penulis Sinetron Komedi Ludruk Glamour, SCTV
·         2003                Pimpinan Kreatif & Penulis Skenario “Toshiba Top Ten
                                  Video Weekly”, Trans TV
·         2003                Penulis Sinetron Komedi Ngabuburit KoCag, Trans TV
·         2003 - 2004     Konsultan Kreatif PT Mitra Sejati, Semarang
·         2004                Creative Director di DSK Communications, Jakarta
·         2005-2006       Creative Director di Production House Sri Kencana, Jakarta
·         2000-Sekrg      Freelance Writer di Media Cetak, Elektronik, dll.

Catatan:
Selain sibuk menyair, Darminto juga telah menghasilkan cukup banyak cerita pendek. Sebagian besar cerita pendek yang termuat di blog Darminto Short Story sebelumnya telah pernah dimuat di berbagai surat kabar atau majalah daerah maupun  nasional; seperti: Harian: SINAR HARAPAN, SUARA MERDEKA, WAWASAN, KEDAULATAN RAKYAT, PRIORITAS, JAYAKARTA dll; juga di Majalah Sastra HORISON, Majalah SEMANGAT, Majalah HUMOR, Tabloid MUTIARA dan banyak lagi lainnya. Kini kumpulan cerpen itersebut dikompilasi dalam rencana penerbitan buku yang berjudul "The Indonesian Crazy Stories from The Idiot Writer".

Gambar-gambar yang menghiasi halaman puisi adalah lukisan jenis Digital Painting karya Darminto yang tersebar hampir di semua halaman. Lukisan-lukisan lainnya dapat dilihat di Art Paintings World Blog dan di Art Paintings World.

0 comments:

Post a Comment

Contact