![]() |
Golden Hill - Darminto M Sudarmo |
Gedung-gedung megah di Jakarta dipenuhi air mata
Dasi dan HP tak berani melihat matahari
Mobil-mobil mewah terbenam di air sawah
Anjing, kucing, tikus dan gelandangan berebut tulang
Langit memasang dendam, wajahnya merah padam
Wajah orang-orang
tersungkur di lantai, saat pesta usai
Malam atau siang tak ada
yang peduli, harapan juga mati
Cahaya lampu yang redup,
kemiskinan yang menyekap
Semua seperti mulut
raksasa, siap menelan tanpa sisa
Untuk apa mempersoalkan
masa lalu, hari ini, esok lusa?
Bulan menggigil dalam cahaya perak, retak-retak
Gedung-gedung tanpa tulang, mengangkang, kasihan
Lolong anjing malam merasuk ke mimpi buruk anak-anak
Jakarta, di sini ditumpahkan berjuta harap dan cita-cita
Usia dan kesia-siaan, mengalir ke muara sungai takdir
Di mana kisah manis dan
kepongahan masa lalumu?
Orang-orang tak berdaya
tergusur ke pinggiran sejarah
Mereka telah kehilangan,
bahkan tetes akhir air matanya
Tanah, makam, pusaka
nenek moyang digilas roda perubahan
Keramahan, ketulusan
hati dicurigai atas nama logika
Meratapi keadaan, berkaca di pantulan sepotong malam
Terlihat ada banyak kelaparan di gudang padi dan sawah
Berbulan-bulan orang menunggu terjadinya anugerah
Berbondong-bondong orang membujuk matahari dengan sesaji
Berharap kekayaannya tak terbakar kemarahan hati nurani.
Jakarta, 30 Maret 1998
0 comments:
Post a Comment